Pesta Perkawinan Tradisional di Tanah Toraja

By Indra J Mae - August 21, 2015



Perkawinan Adat Toraja yang disebut Rampanan Kapa' yang merupakan prosesi adat yang sangat dimuliakan masyarakat Toraja, karena merupakan bahagian terbentuknya susunan pondasi kebudayaan suku Toraja. Perbedaan yang jelas antara prosesi adat perkawinan Toraja dengan perkawinan di daerah lain yaitu yang mensyahkan perkawinan itu dilaksanakan oleh Pemerintah Adat yang dinamakan Ada’ dan perkawinan itu diatur oleh peraturan dari ajaran adat Aluk Todolo yang disebut Aluk Rampanan Kapa'. Prosesi perkawinan di Toraja terlaksana karena adanya persetujuan kedua belah pihak, kemudian disyahkan dalam perjanjian disaksikan oleh pemerintah adat dan seluruh keluarga.



Mobil khusus yang membawa Pengantin disebut Pendoloan, mobil Pendoloan ini diikuti oleh rombongan Pengantin yang merupakan keluarga dari kedua mempelai.


Pada saat pasangan pengantin menuju lokasi pesta, di depannya ada seorang yang membawa Doke atau semacam Tombak, kemudian disusul dengan barisan pagar ayu yang berbaju adat Kandore yaitu baju adat Toraja yang berhiaskan Manik-manik yang menjadi penghias dada, gelang, ikat kepala dan ikat pinggang. Ada dua warna baju para pagar ayu, yaitu Merah dan Putih, kemudian di belakang mereka berjalan-lah pasangan pengantin dengan diiringi oleh keluarga kedua mempelai yang berjalan menuju kursi pelaminan yang telah disediakan.





Nama tempat pelaksanaan pesta perkawinan Toraja disebut Tongkonan LOMBOK, Pelaminan pengantin juga ditata khusus yang dilengkapi dengan berbagai aksesoris penyimbolan adat. Tongkonan adalah Rumah Tradisional Toraja yang  dihiasi dengan ukiran berwarna hitam, merah dan kuning. Kata Tongkonan sendiri berasal dari bahasa Toraja yaitu  Tongkon yang berarti duduk.

Untuk tamu-tamu yang memiliki posisi tinggi dipemerintahan, atau memiliki kedudukan dalam Dewan Adat dan memiliki status kebangsawanan tinggi, maka di persilahkan bergabung duduk di Alang, atau Tempat Duduk Di bawah Lumbung, dimana Lumbung adalah tempat menyimpan padi bagi masyarakat Toraja dan merupakan tempat kehormatan bagi para tamu. Sementara para tamu dan undangan lainnya dibuatkan pondok dari bambu yang memanjang, dan di sesuaikan dengan asal kampung mereka. Juga disediakan kursi bagi para udangan lainnya.


Biasanya para undangan masing-masing membawa Jerigen yang berisi Tuak, yang digunakan sebagai air minum pengganti air putih setelah menikmati konsumsi yang disediakan oleh tuan rumah. Tuak ini diminum dengan menggunakan Bambu sebagai wadahnya yang biasa disebut SUKE. Membawa tuak merupakan tradisi masyarakat Toraja,  khususnya untuk setiap acara tertentu. Hal itu juga merupakan penghormatan kepada tuan rumah meskipun tuak tersebut mereka konsumsi sendiri.





Referensi redaksi : http://hariyantowijoyo.blogspot.com

  • Share:

You Might Also Like

0 comments