Menembus Kabut tebal Desa Seko, Luwu Utara

By Indra J Mae - July 01, 2015


Seko atau Wono adalah suatu kawasan dataran tinggi yang berada pada  ±1200m–1800m di atas permukaan laut. Desa ini berada di segitiga perbatasan antara Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi tengah. Seko adalah bagian dari kecamatan terluas dan terjauh dengan jarak sekitar 120 km dari ibukota Kabupaten Luwu Utara. Terdiri dari 12 desa yang semuanya sudah berstatus definitif dengan topografi sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit. Sepanjang rentang bukitnya diselimuti kabut tebal, menggantung di ketinggian.





Jalur darat yang bisa dilalui kendaraan masih berupa jalan tanah yang memiliki banyak rintangan seperti lebar jalan yang sempit dan kondisi tanah basah sehingga cenderung sulit dilalui kendaraan biasa. Perjalanan menggunakan motor dapat menghabiskan waktu selama 4 hari 3 malam untuk menempuh jarak yang hanya 45 KM dari Kecamatan Rongkong/Limbong pada saat musim hujan. Jika cuaca normal, jarak tersebut hanya menghabiskan waktu 1 hari sebelum pengerjaan. Kondisi jalan menuju Seko ini menempatkan tarif ojeknya sebagai yang termahal di Indonesia lantaran butuh keahlian khusus dan juga menguasai medan jika nekad menempuh perjalanannya. Tarif umum yang biasa dikenakan adalah Rp. 1 juta - 1.200.000 sekali pergi dan pulang, tergantung penawaran dan kondisi cuacanya.




Suhu rata-rata per tahun 18°–22 °C. Budaya dan adat istiadat merupakan akulturisasi adat istiadat Toraja, dan masyarakat asli Seko. Tidak ada transportasi khusus selain berjalan kaki menelusuri jalan setapak dari kampung ke kampung. Untuk membawa barang biasanya dipakai kuda. Belum ada fasilitas yang memadai sepanjang jalannya. Dialek dan bahasa sehari-hari Seko Lemo mirip Toraja tapi halus seperti gaya orang Jawa berbicara. Masyarakat membangun rumah di tebing-tebing atau di kaki-kaki bukit.



Masyarakat Seko adalah masyarakat tradisional yang relatif terpencil dalam lingkup wilayah geografisnya di pegunungan, jauh dari jangkauan komunikasi dan transportasi. Hubungan dunia luar terjadi dalam bentuk perjalanan-perjalanan melintasi rimba raya ke arah wilayah Rongkong dan terus ke Masamba di arah Selatan.

Keindahan alam Seko masih sangat murni, tradisi masa silam masih lestari dengan nilai-nilai budaya yang terpelihara lestari dari kehidupan masyarakatnya sehari-hari. Keunikan tradisi, keindahan alam pegunungan dan fauna endemik khas Sulsel akan menjadi objek petualangan yang menakjubkan jika mampu menembus tantangan alam menuju di desa Seko ini.



foto : Ivan Scooter - Komunitas Sempugi

  • Share:

You Might Also Like

0 comments