Salo Karajae, bandar Internasional Sulawesi Selatan Abad Pertengahan.

By Indra J Mae - June 27, 2015


Salo Karajae merupakan sungai terpanjang dan terbesar di wilayah Ajatappareng,  yang alirannya memanjang dari daerah Bone hingga bermuara di Sumpang Minangae, Bacukiki Parepare. Sungai ini banyak menyimpan sejarah peradaban kerajaan-kerajaan Bugis masa silam khususnya sistem bandar niaga internasional abad pertengahan. Ukuran sungai Salo Karajae yang dahulunya besar dan lebar, merupakan sarana transportasi utama yang menghubungkan jalur perdagangan kerajaan-kerajaan dataran rendah tanah Bugis.



Salo Karajae, dalam bahasa Bugis diartikan sebagai sungai besar karena luasan sungainya pada jaman dulu berukuran lebar dan terhubung langsung dengan laut hingga memungkinkan kapal-kapal besar bisa masuk sampai ke wilayah pelosok.




Diperkirakan, Salo Karajae dulunya sangat luas sehingga bisa dilarungi kapal-kapal dagang ataupun kapal perang yang berlabuh masuk kedalam kawasan kerajaan Bacukiki. Muara sungainya yang besar dan tidak jauh dari garis pantai menempatkan Bacukiki menjadi pelabuhan dan bandar perdagangan kesohor di  nusantara  pada abad ke-15 dan 16, jauh sebelum adanya kerajaan Gowa. Posisinya yang strategis menarik perhatian kolonial Portugis untuk membuka jalur perdagangannya di Asia Tenggara dengan bandar niaga berbasis di Bacukiki (1544). Potensi perkembangan Bacukiki membuatnya jadi rebutan  kerajaan-kerajaan besar di Sulawesi Selatan. Tercatat beberapa kerajaan yang pernah menaklukkan Bacukiki yakni Kerajaan Siang (Pangkep), Wajo, Bone dan Gowa. Sangat di sayangkan minimnya bukti-bukti sejarah yang ditemukan di wilayah ini, akibat perubahan tofografi. Abrasi daratan yang semakin menjorok ke laut secara perlahan telah melenyapkan semua bukti-bukti artefak.



Foto : Bumi Lestari Parepare

  • Share:

You Might Also Like

0 comments