Zombie di Indonesia

By Indra J Mae - March 02, 2015

Ilustrasi Zombie/ foto: Indra Mae
Saya pernah membaca sebuah artikel dari sebuah media cetak yang mengurai tentang ramalan keadaan masa depan, karena tidak percaya dengan ramalan, saya jadi lupa media apa? lupa siapa nama peramalnya? namun yang pasti dan cukup menarik perhatian adalah peramal itu “lumayan” mampu meramal kondisi Sulsel pada tahun 2013 khususnya tentang Pilkada dan efek sosialnya.
Dalam artikel itu, sang peramal dengan percaya diri menguraikan kondisi masa depan Sulawesi Selatan seakan dia sudah pernah ada dalam masa itu. Sang peramal menjelaskan hasil terawangnya, ” Tahun 2013, saya melihat kota Makassar kelihatan kosong, suram, tidak ada aktifitas. Suasananya mencekam, dan yang paling mengerikan dalam penglihatan saya adalah disetiap pojok kota nampak manusia-manusia berkelompok dan masing-masing memegang senjata yang mirip tombak dan parang panjang”. Sang peramal juga mengaku melihat asap-asap hitam memenuhi setiap penjuru. Dia mengaku melihat banyak luapan air dan terawangannya yang paling mengerikan adalah dia juga melihat banyak simbahan darah dimana-mana. Namun ketika ditanya tentang siapa yang akan menjadi gubernur, si peramal tidak berani berspekulasi. Dia hanya memastikan bahwa itu akan terjadi pada awal tahun 2013 sampai bulan April.
Saya terkesima dengan hasil ramalan itu yang ternyata mampu mengundang halusinasiku tentang suasana kota yang suram, mencekam dan chaos. Saya jadi ingat suasana itu mungkin mirip-mirip dengan suasana kota suram yang digambarkan dalam film “the Legend” dibintangi aktor negro, Will Smith. Yang menarik dalam film itu ketika semua orang terjangkit virus aneh sehingga semua makhluk berubah menjadi Zombie dan saling memangsa.
Saya sebenarnya sudah melupakan ramalan-ramalan “mengerikan” tentang Sulawesi Selatan tahun 2013 itu. Namun ketika baru-baru ini terjadi banjir yang melanda hampir semua wilayah kabupaten, nampaknya ramalan itu mulai berlaku. Banjir yang menerjang hampir tiap kota di Sulsel merupakan yang terparah dalam beberapa dekade belakangan ini. Semakin nyata pula ramalan itu, ketika semua media memberitakan telah terjadi tawuran massal antara pendukung kandidat gubernur mengakibatkan jatuh 2 korban yang kena tusuk barang tajam. Antara percaya dan tidak, setidaknya ramalan sang peramal itu perlahan nampak nyata adanya.
Situasi yang memanas menjelang pemilihan gubernur Sulsel 2013 memasuki fase yang mengkhawatirkan. Massa pendukung yang brutal turun serempak, saling tuding, fitnah, perusakan lingkungan, dan memunculkan berbagai persoalan sosial dalam struktur pemerintahan sampai level lembaga masyarakat. Semua keruwetan masalah itu atas nama demokrasi dan demokrasi yang telah menjadi selimut inilah yang berpotensi menimbulkan kekerasan massa rawan konflik SARA di Sulawesi Selatan.
Dalam proses menggalang massa pendukung tentu semua kandidat gubernur ini akan memberi janji-janji dalam misi dan visinya. Ada 2 program menggiurkan yang menjadi tema sentral para kandidat yakni KESEHATAN DAN PENDIDIKAN… GRATIS. Selama hampir 10 tahun yang lalu, dua program ini sudah didengung-dengungkan melalui berbagai macam bentuk sosialisasi dan promosi kepada masyarakat Sulsel. Realisasinya..? Pemerintah daerah Sulawesi Selatan mengakui bahwa dalam 5 tahun ini, kedua program itu sudah terwujud dan terealisasi.
Ironisnya, selama itu pula masih banyak terjadi hal-hal yang akhirnya menimbulkan keraguan akan perwujudan kedua program unggulan itu baik di tingkat daerah maupun propinsi. Masih segar ingatan kita menyaksikan di berbagai media bagaimana anak-anak sekolah di Kabupaten Maros, Bulukumba, Gowa dan beberapa kabupaten lainnya harus belajar dikolong-kolong rumah. Kualitas pengajar yang belum memadai.  Kurikulum pelajaran yang tidak standar terutama kontain lokalnya. Tingkat buta aksara masih tinggi dan masih banyak lagi persoalan dalam dunia pendidikan Sulsel yang memprihatinkan. Tingkat pemerataan kualitasnya minim dan herannya, dengungan 10 tahun ini masih tetap digema-gemakan dalam kampanye semua pilkada di Sulsel.
Program KESEHATAN GRATIS..? ini lebih ironis lagi. Beberapa bulan lalu, saya masih mendapatkan informasi beberapa kasus manusia yang dipasung di beberapa daerah karena keluarganya tidak memiliki biaya untuk berobat. Banyak balita yang dilanda kasus gizi buruk. Askes bagi masyarakat miskin yang tidak maksimal.. lagi, lagi dan masih banyak kasus yang menyangkut masalah kesehatan yang dibilang GRATIS ini. Tingkat pemerataan kualitasnya juga sangat minim dan herannya, dengungan 10 tahun ini tetap saja digema-gemakan dalam kampanye semua pilkada di Sulsel. Ironisnya pula, beberapa layanan fasilitas kesehatan yang mobile malah menjadi sarana promosi kandidat.
Dalam kondisi timpang itu, tidak heran situasi pilkada selalu memunculkan berbagai polemik yang berpotensi memicu kekerasan massal. Karena dengan ketimpangan itu pula, saling tuding dan fitnah akan menjadi bahan utama para kandidat untuk saling menjatuhkan. Peranan massa pendukung dalam hal ini sangatlah besar mengendalikan situasi. Semakin jitu strategi sistem doktrinasi para kandidat melalui “janji-janjinya”,  maka semakin besar pula peluang mereka merekrut massa.
Doktrin “janji-janji” yang bermaterikan dua program unggulan 10 tahun lalu itu, jika membandingkannya dengan realita yang ada saat ini akan menciptakan pembusukan diotak, akan menjadi virus yang bisa mematikan akal sehat. Maka dimaklumi ketika kekerasan massa pendukung para kandidat itu bentrok, bisa jadi karena otak yang membusuk itu telah menjadikan mereka ZOMBIE yang siap memangsa sesamanya. Bahkan anjing-anjing mereka  akan siap memangsa anjing anda pula.. seperti salah satu adegan dalam film “the Legend” itu… Dan nampaknya peramal yang saya lupa namanya itu mulai benar. Banjir besar, Kota mencekam, suram dan orang-orang hidup penuh rasa curiga dan saling bunuh.. Semoga saja terawangannya tentang darah yang bersimbah itu hanya ramalan saja… semoga.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments