Mafia di kapal Feri Bajoe

By Indra J Mae - March 02, 2015

Pelabuhan Bajoe adalah salah satu fasilitas kerjasama otoritas pemerintah di dua propinsi Pulau Sulawesi guna melayani penyeberangan transit Sulawesi Selatan menuju ke Sulawesi Tenggara. Dipelabuhan inilah transaksi reguler terus berputar dari semua bentuk bisnis lokal sampai kepentingan sosial masyarakat dilayani. Kondisi pelabuhan Bajoe seperti pada umumnya pelabuhan-pelabuhan kecil di Indonesia, lingkungannya kotor, jorok dan minim fasilitas… yang jelas tidak bikin betah untuk berlama-lama.  Sebaiknya tidak perlu berinteraksi sok akrab ditempat ini, karena disetiap sudutnya dipenuhi calo dan agensi “gelap”, mirip sekumpulan serigala kelaparan yang siap menerkam mangsa.
Akhir perjalanan panjang dari Makassar, saya dan 3 orang teman dari tim Travelling ACI detik.com tiba malam di pelabuhan Bajoe ini, ketika kapal feri yang akan kami tumpangi nampak sesak dipenuhi orang dan mobil-mobil besar yang sarat muatan. Setelah ekstra berjibaku untuk mendapatkan tiket ( melalui jalur “khusus”..), Dengan susah payah kami akhirnya bisa masuk ke dalam kapal bersama ratusan penumpang. Saat berdesak-desakan, tiba-tiba saya dihampiri salah satu kelasi kapal dan membisik pelan bahwa saya dan teman-teman bisa mengurus “tempat khusus” jika kapal sudah berjalan. ” kenapa tidak sekarang saja?” tanyaku.. ” Kapten masih sibuk!” jawabnya sambil berlalu.
Ketika kami sudah masuk kedalam dek penumpang, saya langsung kaget melihat kondisi ruangannya.. sama sekali tidak ada kenyamanan didalamnya, tempat duduk deret yang kusam dipenuhi tumpukan manusia dengan wajah-wajah suram, berdesakan disela-sela tempat duduk, banyak penumpang yang melantai karena sebagian besar tempat duduknya sudah dipakai berselonjor tidur, aroma ruangan pun menyesakkan berbau pengap asap rokok yang bercampur pekat dengan bau keringat.. Herannya, sebuah ruangan VIP ditengah dek itu malah nampak tertutup rapat, Saya mencoba mengintip lewat kacanya dan hanya menemukan ruangan yang gelap. Seorang kelasi yang melintas langsung saya tanyai,
” Pak, kenapa ruang VIP-nya ditutup? apa kami bisa masuk kedalam..?”
” oohh.. tidak bisa, dilarang keras masuk begitu saja dalam ruang VIP… Ini himbauan dari Kapten,” kata kelasi itu.
” haa.. himbauan apa?” Tanyaku lagi, tidak ada jawaban.. belum habis pertanyaan, si kelasi itu sudah buru-buru cabut duluan.
Waduhh…. apa lagi ini..? saya dan ketiga teman makin bingung dengan segala ketidaknyamanan dalam kapal pemerintah ini. Akhirnya kami pun memilih diam dan berusaha menemukan tempat karena penumpang makin banyak datang berdesakan masuk menyebabkan ruangan dek makin sesak dan pengap. Sepertinya harus cepat beraksi untuk dapat tempat yang layak…
Kami akhirnya bisa menemukan deretan tempat duduk yang kosong pada bagian depan, agak sedikit terhindar dari kondisi ekstrem tersebut.. Belum berapa lama kami menikmati tempat duduk yang “terpaksa” itu, sekelompok orang bertampang sangar, kumuh dan “berdebu” mendatangi kami.
Salah satu diantaranya yang paling “seram” menegur dengan keras,
” HEHH… kenapa duduk disini? Ini tempat khusus untuk Sopir Truk!! sambil membelalakkan mata dan menggoyang-goyangkan kumisnya… teman-temannya yang berdiri dibelakangnya tertawa-tawa..
kami semua termangu dan bingung, Hah..? memang ada aturan yang mengatur tempat khusus dalam kapal ini?  Spontan saya langsung ingat kelasi kapal yang menghampiri saya tadi.. hmm, seperti inilah mungkin yang disebutnya “mengurus tempat khusus”..
Mengantisipasi suasana “tidak sehat” ini,  saya dan ketiga teman memilih menghindar dan naik keatas dek terbuka. Diatas dek ini, kami leluasa menghirup angin segar yang rasanya seperti mendinginkan paru-paru.. Kapal Feri ini pun buang sauh, menjauhi pelabuhan dengan lamban.. merayap pelan membelah udara malam.
Nah, kelasi kapal yang tadi pun muncul.. saya langsung menyambutnya dengan senang. Tanpa basa basi, dia mengajak saya kesebuah ruangan.
” Kapten sudah datang, “mau ki” ketemu kan? tolong kalau bisa.. sendiri saja! bisiknya pelan.
Saya memberi isyarat ke teman-teman untuk menunggu dan segera menyusul kelasi kapal itu.
Saya dibawa kebagian depan kapal yang merupakan sebuah kabin dengan pintu tertutup, kelasi itu mengetuk sebentar kemudian meninggalkan saya sendiri yang sedang kebingungan. Pintu ruangan kemudian terbuka sedikit, suasananya gelap dan hanya nampak titik-titik cahaya redup dari papan panel kapal.. ternyata itu ruang kemudi. Saya masuk ke ruangan itu dengan ragu-ragu.. dan ternyata ruangan itu adalah ruang kemudi, beberapa bayangan orang sedang duduk dengan api rokok yang menyala. rasa-rasanya saya sedang berada dalam sebuah adegan film-film mafia.
Salah satu dari bayangan itu menegur,
” jadi, gimana bos? mau pake ruangan dengan teman-temannya?”.. untuk itu, ada biaya khusus lagi,” katanya.
“bukan main, langsung “to the point”, pikirku.
” Ok Pak, saya berempat. Berapa yang harus saya bayar lagi..? tanyaku.
Bayangan lain menjawab, ” tambah 100 rb lagi per-orang!”. Tanpa pikir panjang lagi, saya mengeluarkan uang dan langsung bayar. Ruangan gelap dan orang-orang yang tidak jelas itu membuat tidak nyaman rasanya.
Setelah transaksi “gelap” itu, saya dan ketiga teman diantar oleh seorang kelasi menuju ruangan “khusus” mereka, Wah.. ruangan “khusus”  itu ternyata adalah ruangan VIP yang sebelumnya kami lihat tertutup rapat. Ruangan VIP-nya agak lumayan bersih, ada toiletnya dan ber-AC.. tapi kenapa harus bayar untuk masuk ruangan ini? pikirku. Hanya ada beberapa orang yang berada didalamnya. Penasaran saya kemudian bertanya ke kelasi itu, ” Pak, kenapa ruangan VIP ini harus dibayar lagi?” tanyaku.  Kelasi kapal itu senyum masam, ” Harus seperti itu caranya, kalau tidak.. kita susah mengatur penumpang,” jawabnya. Saya sedikit mencerna jawaban itu dan berasumsi bahwa ruangan VIP ini nampaknya telah diciptakan sebagai lahan penghasilan sampingan.
Saya sepertinya tidak ambil pusing lagi karena kenyamanan yang ada dibenak saya kini menjadi kenyataan.. ruangan yang bersih, tempat duduk empuk dan sejuk.. kendati untuk mendapatkannya lewat transaksi ala-ala film mafia.

  • Share:

You Might Also Like

1 comments