Mamasa merupakan salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Barat. Kota kabupaten ini terletak di kota Mamasa, kabupaten Mamasa berada pada jarak 340 Km sebelah utara dari Kota Makassar atau 290 Km sebelah tenggara Kota Mamuju sebagai Ibu Kota Propinsi Sulawesi Barat.
Rumah Adat yang ada di kabupaten Mamasa memiliki persamaan dengan rumah (Tongkonan) di Kabupaten Tana Toraja dari segi bentuk, syarat dan latar belakang sejarah pendiriannya, hal ini sangat memungkinkan karena keduanya berasal dari satu rumpun nenek moyang. Seiring perkembangan jaman, ada perbedaan-perbedaan yang spesifik dari corak, ragam dan hias dari masing-masing rumah adatnya. Salah satu yang paling menonjol adalah Rumah Adat Mamasa menggunakan bahan baku yang dominan material kayu sedang di Toraja, beberapa bagiannya menggunakan bambu khususnya rumah adat yang dibuat saat ini.
Di Toraja, rumah adatnya disebut Tongkonan, sedang di Mamasa disebut Banua. Perbedaan yang paling menyolok adalah hiasan utamanya, Di Toraja setiap tiang terdapat patung kerbau yang melambangkan kemakmuran dan kekayaan, namun di Mamasa bukan hanya patung kerbau saja, tapi beberapa jenis rumah menggunakan patung kuda sebagai lambang keperkasaan. Hiasan patung kuda biasanya ditemukan pada jenis rumah Banua Bolong. Terdapat pula hiasan berupa tengkorak rahang Anjing yang dipasang selain jajaran Tanduk kerbau ditiang rumah Mamasa, sedang rumah adat Toraja, yang terpasang hanya tanduk kerbau saja.
Banua Layuk |
Banua Sura' |
Lumbung |
Jenis dan tingkatan, rumah adat dan rumah tradisional Mamasa ada beberapa jenis sesuai dengan kasta pemiliknya. Jenisnya antara lain :
- Banua Layuk = Rumah besar dan tinggi, lengkap dengan ukiran. Rumah ini milik pemangku hadat atau pemimpin dalam masyarakat. Kata banua berarti rumah dan layuk berarti tinggi, sehingga banua layuk berarti rumah tinggi, baik bentuknya maupun status penghuninya yang merupakan bangsawan atau penguasa. Rumah ini memiliki empat sampai lima kamar utama, kadang-kadang ada ruangan santai di depan rumah, dan dilengkapi dengan sejulah lumbung padi (alang pare) yang berada di depan dan di samping rumah. Khusus rumah semacam ini, ada pula kamar rahasia (tambing buni) yang hanya dihunioleh suami istri dan anak yang masih kecil dari penguasa hadat dan juga sering digunakan untuk melakukan pembicaraan rahasia empat mata kedua pemimpin yang sedang berunding.
- Banua Sura’ adalah rumah Mamasa yang dilengkapi dengan ukiran, tetapi tidak setinggi banua layuk. Kata sura’ berarti ukir. Rumah ini dihuni oleh bangsawan, baik pemimpin atau penguasa hadat maupun bangsawan tinggi lainnya dan memiliki empat kamar atau lebih, dilengkapi dengan ruang santai di depan rumah serta memiliki lumbung padi.
- Banua Bolong adalah rumah Mamasa berwarna hitam. Kata bolong berarti hitam. Rumah ini dihuni oleh orang kaya dan pemberani dalam masyarakat. Rumah ini memiliki empat kamar atau lebih, terdapat serambi depan rumah dan dilengkapi lumbung padi.
- Banua Rapa’ adalah rumah Mamasa dengan warna asli (tidak diukir dan dihitamkan), dimiliki oleh masyarakat biasa, sering dilengkapi dengan penyimpan padi yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk bulat (talukun).
- Banua Longkarrin adalah rumah Mamasa yang bagian tiang paling bawahnya bersentuhan dengan tanah dengan dialasi kayu (longkarrin). Rumah ini juga dihuni oleh masyarakat biasa.
Banua Layuk |
Banua Rapa' |
Kerjasama : Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Purbakala (BPCB) Makassar
0 comments