Buaya besar sepanjang 2 meter ditangkap oleh seorang warga bernama Haedar bersama warga perumahan permata hijau lestari Jl. Aroeppala pada dini hari jumat jam 05.00 wita. Satwa liar sungai yang terkenal buas tersebut mulai dilihat oleh warga sejak kamis malam sekitar jam 23.00 Wita yang bersembunyi dalam drainase. Got yang dibeton bagian atasnya mempersulit proses penangkapan buaya tersebut sehingga memakan waktu lama untuk menunggu sampai ia keluar dari persembunyiannya. Buaya kemudian ditangkap dengan memasang perangkap tali di ujung got kemudian warga beramai-ramai mengikatnya agar tidak menyasar ke wilayah lain.
Satwa liar sungai ini kemungkinan mengalami disorientasi lingkungan hingga tersesat masuk ke pemukiman warga perkotaan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kota Makassar sudah mengalami ketimpangan dalam keseimbangan alam dan ekosistemnya. Buaya dengan panjang 2 meter itu cukup mematikan jika menyerang dan harus diwaspadai karena sepanjang kawasan kanal sering dijadikan tempat bermain oleh anak-anak.
Temuan satwa liar di kawasan Antang makassar belum pernah terjadi sejak pembangunan dranaise dikembangkan di wilayah pinggiran kota. Buaya ini diperkirakan sampai di kota Makassar setelah menyusuri kanal dari timur daerah pinggiran, hingga ke jalan besar seperti Hertasning.
Pembangunan yang progresif di daerah-daerah pinggiran selama tiga tahun terakhir dianggap berkaitan dengan penampakan satwa liar ini di kota. insiden ini berkaitan dengan pembangunan di pinggiran kota, di mana banyak pembangunan yang dikembangkan tanpa ada rencana pertimbangan untuk kawasan satwa liar.
Pulau Labengki sebelumnya dikenal sebagai salah satu wilayah penelitian dan konservasi biota laut khususnya populasi Kima atau kerang raksasa yang dikembangkan oleh sebuah lembaga swadaya Masyarakat, Toli-toli Labengki Giant Clam Conservation. Seiring dengan perkembangannya yang signifikan, Sejak tahun 2012, obyek wisata bahari Pulau Labengki mulai populer sebagai destinasi wisata alam, selam & snorkling. Panorama pantai pasir putih, air laut yang bening, terumbu karang dan lingkungan yang lestari, serta landscape yang mirip dengan Raja Ampat Papua, membuat pulau Labengki menjadi buruan baru bagi para penggemar travel.
Pihak pengelola mengembangkan fasilitas dan sarananya dengan sistem manajemen yang profesional. Berbagai kelengkapan properti pendukung dan fasilitas akomodasinya pun didatangkan untuk kemudian di kemas dengan mengutamakan konsep kearifan lokal khususnya sarana akomodasinya. Vila yang ditempatkan di beberapa titik, dibangun mengikuti komposisi pantai dan cerukan karang sehingga memiliki kesan natural, menyatu dengan alam, hangat dan romantis. Konsep alami terlihat mulai dari pemilihan setiap ornamen dan arsitekturnya yang menggunakan mayoritas material berbahan kayu maupun rotan. Berlokasi di tengah cerukan karang, dibalik hamparan pemandangan bukit karang nan rindang dan bentangan pasir putih.
Penerapan konsep rumah adat Laikas di labengki, disesuikan dengan kontur alam yang dominan pebukitan karang. Desainnya cenderung kontemporer dimana ornamen alami seperti bebatuan bahkan batang pohon besar disatukan dengan tubuh bangunan menjadi interior pelengkap. Desainnya dibuat tanpa merusak komposisi alaminya sehingga menambah kesan uniknya.
Pengembangan wisata bahari di pulau Labengki didukung berbagai fasilitas modern yang sudah disesuaikan dengan standar universal. Selain akomodasi yang lengkap dan unik, juga terdapat taman anggrek alami dan berbagai properti permainan lainnya.