Sejak pembangunan perumahan di sepanjang sisi bantaran sungai Jawi-jawi, kota Parepare, habitat alami dan keseimbangan sungai itu akhirnya terganggu. Pembangunan perumahan oleh pengembang swasta di kota Parepare telah menjadi momok bagi lingkungan alami.
Ironisnya, pohon-pohon besar yang selama ini menjaga abrasi bantaran sungai Jawi-jawi, sudah ditebang habis-habisan untuk pelebaran lahan. Kondisi tersebut membuat beberapa lahan pinggir sungai mengalami abrasi parah. Sedimen lumpur menumpuk dan ukuran sungai mengecil.
Namanya Pales Teduh, cafe bersuasana asri dan teduh ini berada di kota Parepare jalan Kelapa gading. Berbeda dengan konsep cafe yang pada umumnya ditata dengan desain urban, Pales Teduh mengemas komposisi ruangnya menyatu dalam area hijau yang rindang. Konsep interior dan eksteriornya dibuat natural mengikuti kontur tanahnya yang berundak-undak.
Sebagian besar material Pales Teduh yang dominan kayu, disatukan dengan batang-batang pohon besar yang melintang sehingga tiap bilik dan lapaknya terlihat samar dibalik rerimbunan. Tampilannya keren. Selain berkonsep alami, aroma seni sangat pekat pada setiap elemen desainnya.
Pada halaman bagian bawah Pales Teduh, terdapat ruang hijau pengembangan bibit pohon.
Kesejukan cafe Pales Teduh ditunjang dari aliran air sungai yang mengalir di samping area. Posisinya yang berada di lekukan bukit membuat cafe hijau ini setiap waktu dihembusi angin sejuk.
Sejak perkembangan cafe yang semarak di kota Parepare, Pales Teduh menyajikan konsep yang edukatif dan mengajak orang bisa menikmati waktu senggangnya dalam lingkungan alami yang sehat dan asri.
DUA puluh empat Juli 2010, merupakan hari penuh mimpi buruk bagi desa-desa di Morowali seperti Baho Makmur dan Peukerea dan Fatufia. Sawah-sawah, kebun, ternak sapi maupun kambing, sampai rumah, terendam. Banjir mencapai 1,5 meter menggenangi desa-desa di Kecamatan Bohodopi Selatan, Morowali ini. Sawah gagal panen, mesin pompa air manual dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) yang baru dipasangpun rusak.
Warga kesal. Sebab, sejak dulu daerah mereka tak pernah mengalami banjir. Baru kali ini setelah tambang Bintang Mineral beroperasi. Selain bahaya banjir, hampir semua sungai sudah berwarna coklat kekuningan pertanda kontaminasi limbah yang berat.
Di Morowali, tidak hanya Bintang Delapan yang menggerumuti area kontrak karya Vale, total ada 43 izin pertambangan besar dikeluarkan sang bupati, Anwar Hafid. Beberapa perusahaan lain sudah pra konstruksi antara lain, Sulawesi Resources, dan PAN China. Wilayah Morowali yang kecil ini sudah diselimuti limbah terutama sungai-sungainya.